Taubat Sekarang atau Malu Kemudian!  

Posted by AsTeg

Semalam, seorang sahabat saya mampir ke rumah. Setelah hampir setengah
jam berbincang, tiba-tiba ia menangis. Beberapa bulir air matanya tak
sanggup lagi ia tahan, sementara selaut tangisnya siap tumpah dari

kubang matanya yang sudah banjir. Hanya satu yang membuat ia menangis,
bahwa ia menyesal pernah melakukan banyak kesalahan di masa lalu dan
kini ia merasa takut aib dan keburukan masa lalunya itu kelak akan
diketahui orang lain, termasuk calon isterinya kelak.

Saya mencoba tersenyum menanggapi tangisnya, dan tentu saja saya tak
perlu ikut-ikutan menangis. Sahabat saya itu tak pernah tahu, dan
semoga takkan pernah tahu bahwa orang yang di hadapannya, yang
menjadi tempatnya bertanya, yang selalu siap menampung keluh
sahabatnya ini, dahulu juga pernah menangis. Dengan air
mata yang sama, dengan rasa bersalah yang sama, dan
penyesalan yang sama dalamnya...

Duh, sungguh saya ingin juga menangis jika mengingat masa lalu. Dan
kalau mau jujur, mungkin semua manusia di muka bumi ini juga akan
menangisi masa lalunya, juga menangisi dosanya yang masih berlangsung
saat ini. Sungguh, betapa Allah masih berkenan tak menunjukkan semua
aib kita itu di hadapan orang lain. Mungkin, jika sahabat saya itu
tahu bahwa di masa lalu saya tak lebih baik darinya, ia takkan pernah
mengadukan keluhnya.

Pernahkah kita sadar betapa Allah begitu apik menutupi segala aib,
keburukan, dosa, kesalahan kita di masa lalu, sehingga orang-orang
yang tak semasa saat itu tak tahu dan bahkan tak perlu tahu apa yang
pernah membuat kita begitu nista. Atau bahkan disaat ini, ketika
teramat sering perilaku memalukan sering tersimpan rapi di balik
wajah kehormatan, dibalik pakaian kebaikan sehari-hari kita di
hadapan orang lain. Besarnya kebaikan Allah menyimpan semua aib
kita sehingga tak semua orang tahu sisi lain diri kita.

Sepatutnya kita bersyukur Allah tak membuka aib kita kepada para
tetangga, mereka hanya tahu kita warga yang baik, rajin ke masjid,
aktif di lingkungan. Mungkin tetangga tak pernah tahu sedikit banyak
aib yang kita lakukan di luar sepengetahuan mereka. Allah juga
berkenan tak membuka aib seorang suami di hadapan isterinya, ketika
ia berada di kantor atau di luar rumah, Dia juga tak serta merta
membuka aib isteri saat sang suami di kantor. Allah yang Maha Tahu
juga menjaga teman sekantor tak tahu apa yang dilakukan teman di
meja sebelahnya, di balik lacinya. Dia mengunci rapat-rapat celah
yang memungkinkan seorang bawahan mendengar dan tahu banyak
kesalahan yang dilakukan atasannya. Dia yang tak pernah iseng
membeberkan keburukan seorang guru di hadapan murid-muridnya,
menelanjangi seseorang dengan kesalahan-kesalahan yang pernah
diperbuat di depan orang yang mengaguminya. Sungguh, Allah begitu
santun menyimpan semua aib dan keburukan setiap hamba, meski Dia
juga akan teramat mudah membukanya lebar-lebar.

Kepada sahabat itu, saya katakan bahwa yang paling pantas mendengar,
menampung, memberi nasihat, dan mencarikan jalan keluar bagi
masalahnya hanya lah Allah. Kepada Allah lah kita harus mencurahkan
segala masalah, ketakutan, kekhawatiran, dan semua beban seberat apa
pun. "Kita hanya bisa bertaubat dan mohon ampun, dan berharap Allah
tetap menutupi aib kita di masa lalu," satu pesan yang juga berlaku
buat yang memberi pesan.

Kemudian bersamanya, saya membaca sebuah ayat yang semakin membuat
saya menangis, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada
Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai ..." (At Tahrim:8)

Sebagai manusia, mungkin kita tak pernah luput dari berbuat kesalahan,
sekecil apa pun itu. Kata kunci yang selalu saya pegang, mohon ampun
sekarang juga, atau siap-siap Allah membuat saya malu di hadapan orang
lain karena aib saya yang terbuka.

Subhanallah, walhamdulillaah.
Bayu Gautama

This entry was posted on Kamis, April 30, 2009 and is filed under .